HAKIKAT IDUL FITRI ADALAH PERAYAAN KEMENANGAN IMAN DAN ILMU ATAS NAFSU DI
MEDAN JIHAD RAMADHAN
Oleh : Heri Ruslan
Jauh
sebelum ajaran Islam turun, masyarakat jahiliyah Arab ternyata sudah memiliki
dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan. Kaum Arab Jahiliyah menggelar kedua
hari raya itu dengan menggelar pesta pora. Selain menari-nari, baik tarian
perang maupun ketangkasan, mereka juga bernyanyi dan menyantap hidangan lezat
serta minuman memabukkan.
“Nairuz
dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno?”
tulis Ensiklopedi Islam. Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa
Ramadhan pada 2 Hijriah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan
An-Nasa’I, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari
raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.”
Setiap
kaum memang memiliki hari raya masing-masing. Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam Kisah
Para Nabi dan Rasul, mengutip sebuah hadis dari Abdullah bin Amar, “Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Puasanya Nuh adalah satu tahun penuh,
kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha’.” (HR Ibnu Majah).
Jika
merujuk pada hadis di atas, maka umat Nabi Nuh AS pun memiliki hari raya.
Sayangnya, kata Ibnu Katsir, hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah itu sanadnya
dhaif. Rasulullah SAW membenarkan bahwa setiap kaum memiliki hari raya. Dalam
hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, pernah memarahi dua wanita Anshar memukul
rebana sambil bernyanyi-nyanyi.
“Pantaskah
ada seruling setan di rumah Rasulullah SAW?” cetus Abu Bakar.
“Biarkanlah
mereka wahai Abu Bakar! Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini
adalah hari raya kita,” sabda Rasulullah SAW.
Hari
Raya Idul Fitri untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam, selepas Perang
Badar yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriah. Dalam pertempuran itu, umat
Islam meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan dengan
1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy.
Pada
tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni
keberhasilan mengalahkan kaum kafir dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa
nafsu setelah sebulan berpuasa. Menurut sebuah riwayat, Nabi Saw dan para
sahabat menunaikan shalat Id pertama dengan kondisi luka-luka yang masih belum
pulih akibat Perang Badar.
Rasulullah
SAW pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama
dalam kondisi letih. Sampai-sampai Nabi SAW bersandar padaBilal RA dan
menyampaikan khutbahnya.
Menurut
Hafizh Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idul Fitri yang pertama, Rasulullah SAW
pergi meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan shalat Id di
atas tanah lapang itu. Sejak itulah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat
menunaikan shalat Id di lapangan terbuka.
Sebelum
datangnya Hari Raya Idul Fitri, umat Islam diwajibkan menunaikan zakat fitrah
dan maal. Tepat pada 1 Syawal, kaum Muslim disunahkan melaksanakan shalat Id,
baik di lapangan terbuka maupun masjid, sebanyak dua rakaat dan kemudian
dilanjutkan dengan khutbah.
Hingga
kini, Idul Fitri telah dilakukan kaum Muslimin sebanyak 1.430 kali. Di setiap
wilayah atau daerah, umat Islam memiliki tradisi masing-masing untuk merayakan
dan mengisi hari raya itu. Bahkan, di setiap daerah dan negara, umat Islam memiliki
istilah sendiri untuk menyebut Idul Fitri.
Sejatinya,
menurut Prof. HM. Baharun, hakikat Idul Fitri adalah perayaan kemenangan iman
dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadhan. Setelah berhasil menundukkan
nafsu, kaum Muslim yang berpuasa dibulan Ramadhan dapat “kembali ke fitrah”
(Idul Fitri), yakni kembali ke asal kejadian. Semoga.
Selamat
Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H