Sabtu, 18 Agustus 2012

Sejarah Idul Fitri

HAKIKAT IDUL FITRI ADALAH PERAYAAN KEMENANGAN IMAN DAN ILMU ATAS NAFSU DI MEDAN JIHAD RAMADHAN

Oleh : Heri Ruslan
Jauh sebelum ajaran Islam turun, masyarakat jahiliyah Arab ternyata sudah memiliki dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan. Kaum Arab Jahiliyah menggelar kedua hari raya itu dengan menggelar pesta pora. Selain menari-nari, baik tarian perang maupun ketangkasan, mereka juga bernyanyi dan menyantap hidangan lezat serta minuman memabukkan.
“Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno?” tulis Ensiklopedi Islam. Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada 2 Hijriah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’I, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.”
Setiap kaum memang memiliki hari raya masing-masing. Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul, mengutip sebuah hadis dari Abdullah bin Amar, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Puasanya Nuh adalah satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha’.” (HR Ibnu Majah).
Jika merujuk pada hadis di atas, maka umat Nabi Nuh AS pun memiliki hari raya. Sayangnya, kata Ibnu Katsir, hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah itu sanadnya dhaif. Rasulullah SAW membenarkan bahwa setiap kaum memiliki hari raya. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, pernah memarahi dua wanita Anshar memukul rebana sambil bernyanyi-nyanyi.
“Pantaskah ada seruling setan di rumah Rasulullah SAW?” cetus Abu Bakar.
“Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar! Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita,” sabda Rasulullah SAW.
Hari Raya Idul Fitri untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam, selepas Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriah. Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan dengan 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy.
Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan kaum kafir dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa. Menurut sebuah riwayat, Nabi Saw dan para sahabat menunaikan shalat Id pertama dengan kondisi luka-luka yang masih belum pulih akibat Perang Badar.
Rasulullah SAW pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama dalam kondisi letih. Sampai-sampai Nabi SAW bersandar padaBilal RA dan menyampaikan khutbahnya.
Menurut Hafizh Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idul Fitri yang pertama, Rasulullah SAW pergi meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan shalat Id di atas tanah lapang itu. Sejak itulah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat menunaikan shalat Id di lapangan terbuka.
Sebelum datangnya Hari Raya Idul Fitri, umat Islam diwajibkan menunaikan zakat fitrah dan maal. Tepat pada 1 Syawal, kaum Muslim disunahkan melaksanakan shalat Id, baik di lapangan terbuka maupun masjid, sebanyak dua rakaat dan kemudian dilanjutkan dengan khutbah.
Hingga kini, Idul Fitri telah dilakukan kaum Muslimin sebanyak 1.430 kali. Di setiap wilayah atau daerah, umat Islam memiliki tradisi masing-masing untuk merayakan dan mengisi hari raya itu. Bahkan, di setiap daerah dan negara, umat Islam memiliki istilah sendiri untuk menyebut Idul Fitri.
Sejatinya, menurut Prof. HM. Baharun, hakikat Idul Fitri adalah perayaan kemenangan iman dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadhan. Setelah berhasil menundukkan nafsu, kaum Muslim yang berpuasa dibulan Ramadhan dapat “kembali ke fitrah” (Idul Fitri), yakni kembali ke asal kejadian. Semoga.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H


Kamis, 16 Agustus 2012

Mudik Yokk,,,Ke Udik

Ada yang berpendapat bahwa mudik lebaran sebaiknya dihindari, karena akan banyak pengeluaran dan macet di perjalanan. Menurutnya silaturohim dapat dilakukan kapan saja, dan bisa lewat SMS, telepon, bbm,  e-mail, dan sosial media.

Saya kurang sependapat dengan pernyataan tadi. Lebaran mempunyai makna bukan hanya sekedar silaturohim, tapi lebih dari itu. Terutama dari segi ekonomi mempunyai makna yang luar biasa. Saat lebaran, terjadi “penyebaran” uang dari kota ke daerah-daerah. Hal ini akan berdampak kepada lapangan kerja di daerah akibat dari terbangunnya perekonomian.

Menurut berita dari media, jumlah pemudik lebaran ini dapat mencapai 27-28 juta orang lebih. Dan pemudik dari Luar negeri saja telah tercatat sekitar 200 ribu orang. Ini suatu gambaran bagaimana para pemudik akan membawa uang ke daerah-daerah di tanah air ini.

Dari sisi lain, kiriman uang dari para TKI ke tanah air, yang lewat Bank saja meningkat secara signifikan. Tentu kiriman uang itu dalam bentuk mata uang asing, sekalipun waktu diterima oleh penerimanya dalam bentuk rupiah. Ini artinya mata uang asing terkumpul di negara kita alias devisa negara meningkat.

Dari segi budaya, para pemudik mendapatkan gambaran situasional di daerahnya. Informasi kebudayaan di daerah lain akan masuk ke dalam budaya daerah itu. Dengan demikian kebudayaan di daerah lama-kelamaan akan mengalami transformasi ke arah wacana yang lebih luas.

Silaturohim waktu lebaran terasa “sempurna” ketimbang hari-hari biasa. Pada hari lebaran secara bersamaan saudara dan teman-teman kita yang jauh berkumpul. Di hari-hari biasa sangat sulit mengatur waktu untuk dapat bertemu dengan mereka. Di samping itu pula, kita tanpa membuat alasan, berkunjung kepada mereka dengan mudah karena pintu selalu terbuka. Dan pasti sudah disiapkan kue lebarannya.

Hanya saja dalam pulang mudik dengan menggunakan kendaraan umum sudah terbiasa penuh sesak dan ongkosnyapun naik. Jarak jauh-dekat dihargai sama. Ini berbeda dengan di RRC pada saat memperingati Imlek yang terjadi seperti lebaran di kita. Di RRC itu, sekalipun kendaraan bedesak-desakan, ongkosnya turun. Harganya turun karena penumpang  tidak nyaman. Sebagai ongkos ketidaknyamanan itu, maka harganya diturunkan.

Mudah-mudahan pada suatu saat nanti, ongkos kendaraan yang penuh sesak dan tidak nyaman akan turun sebagai pengganti ketidaknyamanan itu.

Saran saya pribadi carilah bis atau angkutan yang mempunyai fasilitas AC biar nyaman sampai tujuan, hitungannya kan setahun sekali, tidak tiap hari. Yang tidak mudik karena sesuatu hal, ya silaturahmi saja dengan teman , sanak famili di komplek/kampung. Selamat Mudik Lebaran 1433 H.

 idjatnika.multiply.com/journal/item/149